Judul : SUPERNOVA #2 : AKAR No. ISBN : 9786028811712Penulis : Dewi Lestari (dee)Penerbit : Bentang PustakaTanggal terbit : April - 2012Jumlah Halaman : 288Novel Supernova Episode Akar
ini tentang kehidupan Bodhi, dalam
berpetualang sebagai backpacker. Petualangannya dalam rangka menemukan
“kesejatian”.. Kesejatian tersebut
diharapkan dapat menjawab pertanyaan yang selama ini jadi bahan perenungan dan
kebimbangan Bodhi. Bodhi adalah seorang yatim piatu dan dia ingin mengetahui
darimana asalnya sesuai dengan judul novel
ini yaitu Akar. Bodhi
adalah yatim piatu dibesarkan di wihara oleh Guru Liong Petualangan Bodhi berawal dari Medan hingga ia
sampai di Bangkok. Di sana ia bertemu dengan Kell, seorang ahli tato. Kell
mengajari Bodhi mentato. Kemudian Bodhi pergi ke Laos untuk mencari ketenangan.
Setelah itu ia kembali ke Thailand dan ternyata Kell sudah tidak berada di
Thailand lagi.Lalu Bodhi pun berniat
mencari Kell, dan akhirnya Bodhi bertemu dengan Kell di Kamboja. Lalu Bodhi
kembali ke Indonesia, dan Bodhi bergabung dengan komunitas punk yang dipimpin
oleh Bong. Lalu Bodhi menjadi seniman tato dan penyiar radio gelap. Dan Bodhi masih
terus mencari akar asal-usulnya selama perjalananya.Novel ini mengangkat sebuah kehidupan yang serba tidak
pasti yang digambarkan lewat kehidupan seorang Bodhi dengan perjalanan
backpacking-nya. Dalam kehidupan ini kita tidak tahu pasti apa yang akan kita
hadapi.·
Hidup ibarat memancing di Kali Ciliwung. Kamu tidak pernah tahu apa yang
akan kamu dapat: ikan, impun, sendai jepit, taik, bangkai, dan benda-benda
ajaib lain yang tak terbayangkan. Dan nggak perlu dibayangkan. Jangan pernah
tebak-tebakan dengan Ciliwung tentang isi perutnya. Terima kasih. (halaman 199)
· Bangkok merupakan babak baru. Kelahiran baru. Berbekal bahasa Mandarin sepotong-sepotong, Inggris seadanya, dan bahasa Pali —yang sedikit banyak dipakai, setidaknya oleh komunitas Buddhis— saya belajar bertahan. Buku dari Tristan saya baca setiap hari. Dan sedikit demi sedikit mencoba mulai belajar bahasa Thai, dimulai dengan cuma ngomong 'sawat-dii krup' [kalimat kedua yang kukuasai adalah phom kin tae phak = ‘saya cuma makan sayur’]. (halaman 48)
Tapi salah naik bus ke Butterworth-lah yang akhirnya mempertemukanku dengan
Tristan Sanders, backpacker gondrong asal Australia yang sedang berkeliling
Asia Tenggara. Aku dibawa ke komunitasnya, sesama backpacker. Mereka berkumpul
di Butterworth dan ramai-ramai mau pergi ke Thailand lewat darat. Di antara
mereka ada yang sudah backpacking di Asia selama lima-sepuluh tahun, bahkan
lebih. Ada yang mulai jalan sejak umur empat belas tanpa berhenti. Kalau bicara
soal sebab-musabab dan motivasi, jelas macam-macam. Dorothy—yang keluar rumah
sejak umur empat belas itu—alasannya ribut dengan ortu. Ia angkat kaki dari
Greenwich dan tak pernah pulang lagi. (halaman 45-46)
· Tristan berkata, “Bodhi, my baldy mate, saya tahu kamu bisa menjaga diri. Tapi, kalau ada apa-apa, ingatlah untuk mencari kami-kami ini,” katanya sambil menepuk ransel besar di punggung. Identitas kaumnya. Dia lalu memberikan daftar nama, nomor kontak, alamat e-mail, kafe, dan hotel. Dan saya tahu kamu tidak memiliki cukup uang untuk membeli ini, lanjutnya lagi, tapi kamu harus punya. Tristan menyerahkan sebuah buku: Lonely Planet Thailand'. Travel Survival Kit. (halaman 47)
Kesetiakawanan paling kuat dalam novel adalah
kesetiakawanan antara Bodhi dan Kell. Kell yang memang dari awal sudah mencari
Bodhi karena ikatan batin, menolong Bodhi dalam mengatasi masalahnya. Kell juga
yang banyak memberi nasehat kepada Bodhi dan mengarahkan jalan Bodhi. Hubungan
antara Bodhi dan Kell sangat erat sampai Bodhi nekat menyeberang ke Laos dengan
menempuh bahaya untuk menemukan Kell.keunggulan : novel ini mengajarkan kita untuk tidak mudah putus asa , dan setia kawan jalan cerita dalam novel ini sangat menarik sehingga membuat pembaca tidak bosan
· Bangkok merupakan babak baru. Kelahiran baru. Berbekal bahasa Mandarin sepotong-sepotong, Inggris seadanya, dan bahasa Pali —yang sedikit banyak dipakai, setidaknya oleh komunitas Buddhis— saya belajar bertahan. Buku dari Tristan saya baca setiap hari. Dan sedikit demi sedikit mencoba mulai belajar bahasa Thai, dimulai dengan cuma ngomong 'sawat-dii krup' [kalimat kedua yang kukuasai adalah phom kin tae phak = ‘saya cuma makan sayur’]. (halaman 48)
· Tristan berkata, “Bodhi, my baldy mate, saya tahu kamu bisa menjaga diri. Tapi, kalau ada apa-apa, ingatlah untuk mencari kami-kami ini,” katanya sambil menepuk ransel besar di punggung. Identitas kaumnya. Dia lalu memberikan daftar nama, nomor kontak, alamat e-mail, kafe, dan hotel. Dan saya tahu kamu tidak memiliki cukup uang untuk membeli ini, lanjutnya lagi, tapi kamu harus punya. Tristan menyerahkan sebuah buku: Lonely Planet Thailand'. Travel Survival Kit. (halaman 47)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar